Karya musik terpanjang vs terpendek di sejarah dunia

Kreatifitas manusia itu tidak terbatas. Dari segala penjuru peradaban dari masing-masing era, ada saja yang berfikir lebih jauh dan “di luar kotak”. Musik yang berkaitan erat dengan waktu bisa menjadi arena kreatifitas untuk para pembuat musik. Max Richter (b. 1966), seorang komponis Inggris-Jerman membuat album konseptual yang diberi judul Sleep yang dirilis pada tahun 2015. Album ini berdurasi 8 jam 24 menit yang sesuai dengan judulnya, untuk mendampingi pendengar ketika tidur. Di Jawa Tengah dan Jawa Timur, pertunjukan wayang kulit biasanya berdurasi kurang lebih selama 9 jam. Namun adakah musik yang dipertunjukkan tanpa jeda selama 24 jam? 3 hari? Seminggu? Sebulan? Setahun? Sepanjang hayat seorang manusia pada umumnya? Ada.

Mari berkenalan dengan Organ2/ASLSP (As Slow as Possible) karya komponis Amerika Serikat, John Cage (1912-1992). Organ2/ASLSP (As Slow As Possible) (1987) atau di Bahasa Indonesia “Selambat Mungkin” adalah sebuah karya musik untuk organ pipa. Karya ini adalah adaptasi dari karya sebelumnya berjudul ASLSP untuk instrumen piano (1985) yang berdurasi sekitar 20 sampai 70 menit. Namun pada versi organ pipa, karya ini berdurasi selama 639 tahun! Ya, karya ini bukan berusia 639 tahun. Tapi masih berjalan dan berdurasi selama 639 tahun. Pertunjukan karya ini dimulai pada 5 September 2001 di sebuah gereja yang dinamakan St. Burchardi di sebuah kota di Jerman bernama Halberstadt. Karya ini akan dijadwalkan selesai dimainkan pada 5 September 2640. Beberapa buah karung pasir digunakan sebagai penahan pedal untuk menahan not yang dibunyikan. Per Desember 2022, peristiwa pergantian not yang terakhir terjadi pada 5 Februari 2022. Peristiwa pergantian not berikutnya yang terdekat dijadwalkan akan terjadi pada 5 Februari 2023. Karya ini jika diperpendek secara durasi merupakan peristiwa pergantian akor yang terstruktur. Yang sangat menarik dari karya ini adalah setiap pergantian peristiwa bunyi tidak sekedar mengganti susunan akor bunyi aktif. Namun juga mengangkat pedal untuk tidak membunyikan lagi not yang sudah bunyi selama ratusan hari dianggap sebagai peristiwa yang penting. Karya John Cage ini menginspirasi seorang seniman Finlandia, Juha van Ingen, untuk membuat sebuah karya animasi GIF yang berdurasi 1000 tahun. Karya tersebut diberi judul AS Long As Possible (ASLAP).

Ternyata karya John Cage tersebut belum cukup panjang untuk seorang komponis Inggris, Jem Finer. Komponis tersebut memulai membuat sebuah karya pada tahun 1995 yang disebut Longplayer dan berdurasi selama 1000 tahun. Pertunjukan karya ini dimulai pada dini hari 1 Januari 2000 dan dijadwalkan akan selesai pada jam 23:59 tanggal 31 Desember 2999. Yang membuat karya ini berbeda dengan ASLAP oleh John Cage selain durasinya adalah prosesi pertunjukannya. John Cage memilih analog dengan mekanisme akustik organ pipa sementara Jem Finer memilih digital dengan mekanisme elektro-akustik. Pada tahun 1995, Finer mempelajari sistem bahasa computer programming sebelum pada akhirnya mendarat di SuperCollider, sebuah bahasa yang menggunakan algoritma untuk menyusun notasi, data atau MIDI untuk membuat musik. Cara kerja ini juga kadang disebut sebagai algorithmic composition. Sementara material musiknya terdiri dari bunyi 234 buah singing bowl Tibet dan gong-gong. Material musik aslinya berdurasi 20 menit 20 detik yang direkam pada bulan Desember 1999. Pertunjukan karya ini bisa anda dengarkan secara langsung dengan mengakses tautan berikut: https://longplayer.org/listen-files/longplayer.pls

Longplayer akan mengingatkan kita tentang persepsi waktu yang tidak bisa dibayangkan. Pada detik ini kita mendengarkan karya ini, kita akan dipertanyakan tentang gadget yang kita bawa kemanapun kita berada. Kita akan dipertanyakan tentang keberadaan dan ketiadaan. Di waktu kita disibukkan dengan muncul-hilangnya musik baru setiap saat, ada sebuah musik yang berjalan selama seribu tahun berdiri tegak di tengah semesta digital.

Sementara itu di lain sisi, sebuah karya musik komersial terpendek yang diakui oleh Guinness Record dinobatkan kepada lagu You Suffer (1987) oleh band grindcore dari Inggris, Napalm Death. Karya ini berdurasi selama 1.316 detik. Silahkan menikmatinya melalui tautan berikut: https://youtu.be/ybGOT4d2Hs8. Secara resmi lagu ini memiliki lirik berjumlah empat kata: “You suffer, but why?” atau di Bahasa Indonesia: “Kamu merana, tapi mengapa?”. Gitaris band tersebut pada waktu itu bernama Justin Broadrick menyatakan: “You Suffer itu sebenarnya sebuah jenaka, lagu satu detik. Benar-benar keterbelakangan. Itu konyol, benar-benar lucu sekali. Kita mainkan lagu itu di depan 30 anak-anak selama 30 kali setiap akhir pekan. Ngakak banget.“. Lagu ini lalu menjadi cikal bakal genre mikro “noisecore” yang menginspirasi beberapa band seperti Sore Throat, 7 Minutes of Nausea, Deche-Charge, Anal Cunt dan lain-lain untuk membuat rekaman utuh dengan konten “microsong” atau “lagu mikro”.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

Blog di WordPress.com.

%d blogger menyukai ini: